Ini Dia Sejarah Sate Klathak, Makanan Khas Jogja Yang Unik

Ini Dia Sejarah Sate Klathak, Makanan Khas Jogja Yang Unik

Sate klathak adalah sate kambing yang dipanggang dengan saus garam dan santan. Tidak ketinggalan dengan makanan lainnya, sejarah sate klathak juga perlu untuk kita ketahui.

Sate ini tidak ditusuk dengan tusukan biasa tetapi menggunakan jeruji besi. Makanan ini adalah sate khas Yogyakarta yang banyak disukai oleh wisatawan. 

Baca Juga: Sejarah Gudeg yang Perlu untuk Kita Pelajari

 

Sejarah Sate Klathak yang Unik

Pelopor sate klathak di Bantul ini bernama Jupaini. Pada saat itu Jupaini ini bekerja sebagai kusir lalu Beliau berkeinginan dan berniat untuk mengubah mata pencahariannya.

Ide yang Jupaini miliki ini tertuju pada penjual sate kambing. Namun, Beliau perlu memikirkan apa yang menjadi pembeda sate miliknya dengan sate-sate di luar sana.

Ketika Jupaini melakukan sebuah eksperimen, Ia menemukan suatu hal yang menarik perhatiannya. Sate saat dipanggang menggunakan jeruji, daging yang dimasak lebih matang merata. 

Jika menggunakan tusuk sate bambu, tusuk tersebut cenderung pecah meskipun dagingnya tidak dipanggang sepenuhnya. Artinya, bisa saja ketika sate dipanggang belum tentu daging kambingnya matang merata.

Penggunaan jeruji ini memiliki kelebihan daripada tusuk bambu menurut Jupaini. Panas yang disalurkan melalui jeruji ini membuat daging bagian dalam pun ikut termasak.

Selain itu, kekayaan rempah-rempah yang sudah diracik dituangkan menjadi sebuah kuah kari. Kuah ini pun menjadi pelengkap masakan sate klathak.

Sejarah sate klathak ini dulunya sebenarnya lebih dikenal dengan nama sate uyah. Inilah mengapa sate klathak begitu unik karena sate ini hanya dibumbui dengan garam (uyah). 

Terdapat sebuah alasan mengapa sate klathak ditusuk dengan batang besi. Pada awalnya, roda sepeda digunakan sebagai tusuk sate agar tidak mengganggu pembuatan tusuk sate dari bambu.

Sejarah sate klathak lainnya yang unik adalah pemberian nama dari “klathak” sendiri. Istilah klathak ini berasal dari suara “tak..tak..tak” yang dihasilkan ketika serbuk garam disiram ke dalam arang jadi.

 

sate klathalHidangan Sate Klathak (sumber: Kompas)

Sate Klathak Menjadi Booming

Sebuah kios sate klathak Pak Bari menjadi salah satu lokasi syuting film “Ada Apa With Cinta”. Saat itu terdapat adegan di mana Rangga dan Cinta menikmati kelezatan sate klathak di rumah makan yang sangat sederhana. 

“Yang hadir lebih banyak karena digunakan sebagai lokasi AADC,” kata Pak Bari selaku penjual sate klathak.

Pak Bari mengatakan ini sudah generasi ketiga yang menjual sate klathak. 

“Simbah saya dulunya orang pertama yang jual sate klathak, lalu bapak saya ambil, lalu saya ambil,” ujarnya.

Tidak hanya sate klathak milik Pak Bari dan Pak Jupaini, tetapi masih banyak kios lainnya yang bisa dinikmati. 

Jika ingin mencoba sate klathak, Anda bisa datang ke sate klathak Pak Pong yang berada di Pleret, Kabupaten Bantul.

Kios sate klathak Pak Pong menyediakan ruang yang cukup luas untuk rombongan. Namun, karena popularitasnya, mungkin perlu menunggu beberapa saat.

Terutama pada akhir pekan dan hari libur karena banyaknya pengunjung. Anda tidak perlu bingung untuk mencari tempat untuk menyantap sate klathak.

Jika berliburan ke Yogyakarta jangan lupa mencoba kulinernya. Mulai dari kuliner yang manis, pedas dan gurih ada di Yogyakarta. 

Demikian ulasan mengenai sejarah sate klathak. Makna dari sate klathak yang tidak disangka ternyata menggunakan jeruji besi untuk pembakarannya. 

Sudah selesai mencicipi sate klathak, jangan lupa untuk membeli produk-produk pecibatik sebagai bahan oleh-oleh. Produk yang sangat khas Yogyakarta sekali.

Semoga bermanfaat!