Ini Dia Sejarah Sate Klathak, Makanan Khas Jogja Yang Unik

Ini Dia Sejarah Sate Klathak, Makanan Khas Jogja Yang Unik

Sate klathak adalah sate kambing yang dipanggang dengan saus garam dan santan. Tidak ketinggalan dengan makanan lainnya, sejarah sate klathak juga perlu untuk kita ketahui.

Sate ini tidak ditusuk dengan tusukan biasa tetapi menggunakan jeruji besi. Makanan ini adalah sate khas Yogyakarta yang banyak disukai oleh wisatawan. 

Baca Juga: Sejarah Gudeg yang Perlu untuk Kita Pelajari

 

Sejarah Sate Klathak yang Unik

Pelopor sate klathak di Bantul ini bernama Jupaini. Pada saat itu Jupaini ini bekerja sebagai kusir lalu Beliau berkeinginan dan berniat untuk mengubah mata pencahariannya.

Ide yang Jupaini miliki ini tertuju pada penjual sate kambing. Namun, Beliau perlu memikirkan apa yang menjadi pembeda sate miliknya dengan sate-sate di luar sana.

Ketika Jupaini melakukan sebuah eksperimen, Ia menemukan suatu hal yang menarik perhatiannya. Sate saat dipanggang menggunakan jeruji, daging yang dimasak lebih matang merata. 

Jika menggunakan tusuk sate bambu, tusuk tersebut cenderung pecah meskipun dagingnya tidak dipanggang sepenuhnya. Artinya, bisa saja ketika sate dipanggang belum tentu daging kambingnya matang merata.

Penggunaan jeruji ini memiliki kelebihan daripada tusuk bambu menurut Jupaini. Panas yang disalurkan melalui jeruji ini membuat daging bagian dalam pun ikut termasak.

Selain itu, kekayaan rempah-rempah yang sudah diracik dituangkan menjadi sebuah kuah kari. Kuah ini pun menjadi pelengkap masakan sate klathak.

Sejarah sate klathak ini dulunya sebenarnya lebih dikenal dengan nama sate uyah. Inilah mengapa sate klathak begitu unik karena sate ini hanya dibumbui dengan garam (uyah). 

Terdapat sebuah alasan mengapa sate klathak ditusuk dengan batang besi. Pada awalnya, roda sepeda digunakan sebagai tusuk sate agar tidak mengganggu pembuatan tusuk sate dari bambu.

Sejarah sate klathak lainnya yang unik adalah pemberian nama dari “klathak” sendiri. Istilah klathak ini berasal dari suara “tak..tak..tak” yang dihasilkan ketika serbuk garam disiram ke dalam arang jadi.

 

sate klathalHidangan Sate Klathak (sumber: Kompas)

Sate Klathak Menjadi Booming

Sebuah kios sate klathak Pak Bari menjadi salah satu lokasi syuting film “Ada Apa With Cinta”. Saat itu terdapat adegan di mana Rangga dan Cinta menikmati kelezatan sate klathak di rumah makan yang sangat sederhana. 

“Yang hadir lebih banyak karena digunakan sebagai lokasi AADC,” kata Pak Bari selaku penjual sate klathak.

Pak Bari mengatakan ini sudah generasi ketiga yang menjual sate klathak. 

“Simbah saya dulunya orang pertama yang jual sate klathak, lalu bapak saya ambil, lalu saya ambil,” ujarnya.

Tidak hanya sate klathak milik Pak Bari dan Pak Jupaini, tetapi masih banyak kios lainnya yang bisa dinikmati. 

Jika ingin mencoba sate klathak, Anda bisa datang ke sate klathak Pak Pong yang berada di Pleret, Kabupaten Bantul.

Kios sate klathak Pak Pong menyediakan ruang yang cukup luas untuk rombongan. Namun, karena popularitasnya, mungkin perlu menunggu beberapa saat.

Terutama pada akhir pekan dan hari libur karena banyaknya pengunjung. Anda tidak perlu bingung untuk mencari tempat untuk menyantap sate klathak.

Jika berliburan ke Yogyakarta jangan lupa mencoba kulinernya. Mulai dari kuliner yang manis, pedas dan gurih ada di Yogyakarta. 

Demikian ulasan mengenai sejarah sate klathak. Makna dari sate klathak yang tidak disangka ternyata menggunakan jeruji besi untuk pembakarannya. 

Sudah selesai mencicipi sate klathak, jangan lupa untuk membeli produk-produk pecibatik sebagai bahan oleh-oleh. Produk yang sangat khas Yogyakarta sekali.

Semoga bermanfaat!

Belalang dimakan? Ini Dia Walang Goreng dari Gunung Kidul

Belalang dimakan? Ini Dia Walang Goreng dari Gunung Kidul

Walang goreng atau belalang goreng menjadi ikon wisata kuliner Gunung Kidul. Hal ini dilihat dari sejarah juga penggambaran walang goreng dari perspektif identitas, daerah, dan strategi lambang.

Strategi pelambangan walang gireng ini melalui faktor-faktor yang membentuk wisata kuliner di Gunung Kidul itu sendiri.

kuliner Gunung KidulMakanan Khas Gunung Kidul, Walang Goreng (sumber: Suara)

Belalang Goreng sebagai Kuliner Gunung Kidul

Keberadaan walang goreng sebagai simbol wisata kuliner Gunung Kidul diwujudkan dengan menjadikannya sebagai objek wisata Gunung Kidul. Kondisi yang seperti ini dapat membawa dampak sosial dan ekonomi bagi masyarakat Gunung Kidul

Wisatawan yang berkunjung ke suatu daerah wajib berburu makanan. Oleh karena itu, jangan lewatkan belalang goreng saat berkunjung ke Kabupaten Gunung Kidul di Yogyakarta.

Selain terkenal dengan tempat wisatanya yang beragam, liburan ke Gunung Kidul tidak boleh melewatkan kulinernya. Belalang goreng adalah hidangan terbaik dan ada beberapa tempat yang memasak makanan ini. 

Jenis hewan yang digunakan adalah belalang kayu atau belalang yang ukurannya sangat besar dan memiliki rasa yang hampir sama.

Rasanya yang gurih dan renyah membuat banyak orang ketagihan dengan belalang goreng.

Mungkin di daerah lain belalang bukanlah hewan biasa yang bisa disulap menjadi makanan lezat. Belalang adalah hewan yang kaya protein. 

Kebanyakan orang yang pernah makan belalang goreng mengatakan bahwa rasa belalang hampir sama dengan udang.

Bumbu yang digunakan untuk menggoreng belalang sangat sederhana, yaitu bawang putih, ketumbar, dan garam. Cabai rawit ditambahkan ke rasa manis dan pedas. 

Belalang harus dibersihkan dari kotoran sebelum digoreng. Selanjutnya, belalang digoreng kering dan dimasak dengan bumbu cabai sehingga menghasilkan rasa belalang yang manis dan pedas. 

Anda bisa menikmati setiap bagian tubuh belalang, termasuk kepala dan kakinya.

Olahan walang goreng bisa disimpan hingga sebulan dan sangat cocok sebagai oleh-oleh setelah berkunjung ke Gunung Kidul. 

Walang goreng akan bertambah kelezatannya jika dimakan bersama nasi putih hangat dan sambal. Orang yang alergi terhadap makanan kaya protein harus berhati-hati saat mengonsumsi makanan ini. 

Sejumlah besar orang mengalami reaksi alergi setelah makan belalang.

Jika ingin membeli walang goreng, Anda bisa mengunjungi kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Bunder di Jalan Gading III, Playen, Gunungkidul dan Wonosari, Yogyakarta. 

Baca Juga: Sejarah Bakpia Pathuk yang Banyak Belum Diketahui Orang

 

Jika telah membeli walang goreng, boleh ditambah pula dengan produk-produk pecibatik sebagai bahan oleh-oleh. Pecibatik ini sangat khas sekali dengan Yogyakarta juga nyaman untuk dipakai.

 

Nah itu dia ulasan mengenai kuliner Gunung Kidul yang tidak biasa, belalang goreng. Semoga bermanfaat!!

5 Tempat Wisata Bantul yang Keren dan Kekinian

5 Tempat Wisata Bantul yang Keren dan Kekinian

Bantul merupakan salah satu kabupaten yang berada di Daerah Istimewa Yogyakarta. Tempat wisata di Bantul ini tidak kalah dengan berbagai destinasi wisata di Gunung Kidul.

Jika sedang bosan wisata yang itu-itu saja, tidak ada salahnya untuk mengunjungi wisata yang ada di Bantul.

Pantai Parangtritis

5 Tempat Wisata Bantul yang Wajib untuk Dikunjungi

Anda bisa memilih berbagai destinasi yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan Anda. Berbagai macam destinasi dapat anda kunjungi, baik wisata religi, alam, dan wisata sejarah. 

Ingin tahu wisata apa saja yang ada di Kabupaten Bantul.

  1.       Pantai Parangtritis

Anda dapat mencoba untuk berkuda jika datang ke Pantai Parangtritis. Selain itu, masih banya daya tarik lainnya seperti melihat sunset, bermain layangan, surfing, dan lain-lain.

Lokasi dari pantai ini berada di Desa Parangtritis, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Jarak tempuh pantai ini kurang lebih 32 km dari pusat kota Yogyakarta.

Waktu tempuh yang dibutuhkan pun sekitar 30 hingga 45 menit. Biaya masuk ke lokasi pantai ini tidaklah mahal, Anda hanya perlu mengeluarkan uang sebesar Rp 5.000.

 

  1.   Gumuk Pasir Parangkusumo

Gumuk pasir yang ada di Pantai Parangkusumo merupakan salah satu tempat wisata Bantul yang jarang bisa ditemukan, bahkan di dunia sekalipun. Berada satu kawasan dengan Pantai Parangkusumo, Anda bisa menikmati dua destinasi sekaligus.

Lokasi gumuk pasir ini berada di Jalan Pantai Parangkusumo, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Tempat ini sangat cantik untuk dijadikan background foto dan menjadi konten yang diunggah ke medial social.

 

  1.   Curug Pulosari

Curug atau air terjun menjadi salah satu destinasi wisata alam yang banyak digemari, termasuk Curug Pulosari. Sumber air curug ini berasal dari aliran sungai yang alami di sekitar kawasan perbukitan.

Salah Satu Curug di Bantul

Meskipun pancuran yang dihasilkan curug ini terbilang kecil, tetapi kesegaran air dan udara bisa membuat Anda nyaman. Jika ingin mengunjungi curug yang satu ini, Anda dapat datang ke Pulosari, Kecamatan Krebet, Kabupaten Bantul.

 

  1.   Jurang Tembelan

Mendengar namanya, pasti Anda terheran-heran karena sebuah jurang yang dijadikan tempat wisata. Namun, tak perlu khawatir, jurang ini aman untuk Anda kunjungi. 

Saat ini Jurang Tembelan menjadi salah satu tempat wisata Bantul yang ramai dikunjungi wisatawan. Hal ini dikarenakan, Jurang Tembelan menghadirkan panorama yang indah. 

Lokasi jurang ini berada di Desa Mangunan, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul. Jurang Tembelan ini tidak jauh dari Kabupaten Mangunan.

Wisata jurang ini merupakan tempat wisata baru yang ada di wilayah Bantul, sehingga sangat menjadi rekomendasi untuk dikunjungi. Terutama bagi Anda yang mencari lokasi wisata baru.

 

  1.   Bukit Lintang Sewu

Bukit satu ini memiliki pandangan yang tak kalah indah dengan bukit lainnya. Lintang Sewu ini terletak di kawasan Kabupaten Bantul. Selain itu, terdapat berbagai spot untuk bahan dokumentasi yang bagus dan dapat anda gunakan sebagai konten di sosial media.

Banyak anak muda mengunjungi bukit ini untuk menghabiskan waktu bersama. Suasana yang dihadirkan memang romantis, apalagi saat sore hari dan malam hari. 

Lokasi bukit ini berada di Karang Asem, Desa Muntuk, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul. Tarif yang dikenakan untuk memasuki area ini sangat murah. Anda cukup mengeluarkan biaya sekitar Rp 3.000.  

 

Baca Juga: Kenapa Alun-alun Selatan dan Alun-alun Utara Harus berbeda Tempat

 

Itulah lima tempat wisata Bantul yang wajib dikunjungi saat liburan ke Yogyakarta. Tempat wisata yang relatif murah untuk dikunjungi ya, gengs! 

Jika sudah puas berkunjung ke wisata-wisata di atas, jangan lupa untuk mampir ke sentra pecibatik. Produk-produk dari pecibatik ini dapat digunakan sebagai oleh-oleh untuk sanak saudara.

 

Semoga bermanfaat!!!

Sejarah Bakpia Pathuk yang Banyak Belum Diketahui Orang

Sejarah Bakpia Pathuk yang Banyak Belum Diketahui Orang

Cemilan satu ini terkenal di Yogyakarta dan menjadi ciri khas kota tersebut. Makanan ringan ini menjadi idaman banyak orang, tetapi sejarah tentang bakpia ini belum ada yang membahasnya.

Banyak orang membeli bakpia untuk dijadikan oleh-oleh sanak keluarga dan kerabat terdekatnya. Pada umumnya, bakpia ini adalah kue yang terbuat dari tepung terigu dan dipanggang .

Bakpia biasanya menggunakan isian kacang hijau yang dicampur dengan gula. Banyak yang menganggap bakpia ini berasal dari Yogyakarta, tetapi bakpia ternyata berasal dari negeri tirai bamboo atau China.

Kue bakpian merupakan salah satu bentuk dari akulturasi budaya, antara Indonesia dengan Tiongkok. Bakpia sendiri berasal dari dialek Hokkian yaitu Tolu Pia yang secara harfiah berarti kue atau roti berisi daging.

Kue yang berisikan daging ini kebih dikenal dengan pia atau kue pie di Indonesia.

Sejarah Bakpia dari Tiongkok

Ada beberapa versi sejarah bagaimana bakpia ini bisa terkenal di Yogyakarta. Awal mulanya, bakpia ini dibawa oleh imigran Tiongkok ke Yogyakarta pada abad ke 20.

Bakpia sudah ada di Yogyakarta sejak tahun 1930. Jenis kue ini dibawa oleh keluarga-keluarga pedagang Tiongkok yang bermukim di pusat Kota Yogyakarta.

Bakpia ini bukanlah kue spesial, melainkan pelengkap dari kue keranjang yang ada pada saat imlek. Kue ini bisa dikatakan sebagai cemilan atau snack.

Ada versi lain yang mengatakan bahwa bakpia dibawa oleh seorang pendatang Tiongkok pertama kali ke Yogyakarta pada tahun 1940-an, yaitu oleh Kwik Sun Kok.

Kwik Sun Kok menyewa sebidang tanah di daerah Suryowijayan, Kecamatan Mentrijeron, Yogyakarta dari penduduk lokal bernama Niti Gurnito.

Kemduian Kwik mencoba membuat bakpia ini dengan resep asli dari Tiongkok. Kwik membuat bakpia menggunakan bahan babi dan minyak babi denan isian bakpia yang menggunakan daging babi.

 

Baca juga: Sejarah Gudeg yang Perlu untuk Kita Pelajari

 

Namun, setelah mengetahui penduduk Yogyakarta mayoritas beragama Islam lantas Kwik mengganti isian bakpia dengan menggunakan kacang hijau. Kwik memanggang bakpia dengan arang yang Ia beli dari salah satu temannya, yang juga perantauan Tiongkok.

Ternyata cita rasa bakpia buatan Kwik ini cocok dengan lidah masyarakat Yogyakarta. Pada saat itu juga bakpia buatan Kwik mulai digemari banyak orang.

Kwik yang semula tinggal di kontrakan milik Niti Gurnito kemudian pindah ke sebelah barat Kampung Surowijayan. Di tempat barunya, Kwik melanjutkan usahanya membuat aneka makanan dan kue, termasuk bakpia.

Pada tahun 1960-an, Kwik meninggal dunia, usaha bakpia ini kemudian diteruskan oleh menantunya yang bernama Junikem. Pada tahun yang sama, teman Kwik yang pada mulanya hanya menyuplai arang juga mendirikan usaha bakpia.

Pada tahun 1948, Lim membuat resep bakpia yang baru, kemudian Ia juga pindah dari kawasan Pajeksan ke jalan Pathuk nomor 75.

Saat ini kemudian terkenal sebagai kawasan sentra bakpia pathuk 75.

Terdapat keluarga Tionghoa lainnya yang membuat usaha bakpia pada tahun 1948. Keluarga Tionghoa ini agak berbeda dalam membuat usaha bakpia.

Industri rumahan bakpia tersebut tidak dijual di toko, melainkan dijual dengan delivery atau dipesan terlebiih dahulu (pre order).

Pembeda Bakpia

Sepeninggalan Kwik, teryata Niti Gurnito juga membuka usaha bakpia pathuk. Hal ini dikarenakan Kwik pernah menyewa rumahnya dan sempat memberi resep rahasia untuk membuat bakpia.

Pada saat itu, pembeli bakpia masih tersekat. Misal, orang-orang Tionghoa lebih memilih untuk membeli bakpia di tempat sesama orang Tionghoa. Begitu pula sebaliknya, orang Yogyakarta lebih memiliki membeli bakpia di tempat Niti.

Bakpia-bakpia tersebut dapat dibedakan, antara buatan Niti Guritno dengan hasil dari orang Tionghoa. Perbedaan ini dilihat dari tekstur bakpia itu sendiri. Bakpia milik Niti Gurnito kulitnya lebih tebal daripada buatan orang Tionghoa.

Tidak lama setelah itu, bakpia Niti Gurnito menginspirasi banyak warga kawasan Tamansari. Mereka berlomba-lomba membuat usaha bakpia dan membuka toko bakpia.

bakpia

Pada tahun 1980, bakpia semakin populer di Yogyakarta. Banyak produsen bakpia rumahan menjual bakpia mereka di toko masing-masing di kawasan Pathuk.

Oleh sebab itu bakpia itu terkenal dengan nama bakpia pathuk karena usaha mereka di Jalan Pathuk.

Jika kalian berkunjung ke Yogyakarta jangan lupa membeli bakpia pathuk untuk oleh-oleh keluarga, teman, atau rekan kerja.

Bakpia pathuk memiliki varian rasa, yaitu ada varian kacang hijau, cokelat, keju, dan durian.  Anda harus pergi ke sentra bakpia untuk membelinya, yaitu di Jalan Pathuk Yogyakarta.

Produk-produk dari pecibatik pun juga dapat menjadi pilihan oleh-oleh selain bakpia. Pecibatik ini sangat khas dengan Yogyakarta, produk-produknya pun juga sangat nyaman untuk digunakan.

Semoga bermanfaat.

Sejarah Gudeg yang Perlu untuk Kita Pelajari

Sejarah Gudeg yang Perlu untuk Kita Pelajari

Makanan gudeg, hidangan satu ini pasti sudah banyak yang tahu juga banyak diburu oleh wisatawan. Selain dikenal dengan sebagai Kota Pelajar dan Kota Sepeda, Yogyakarta juga disebut dengan Kota Gudeg.

Bagi para wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta wajib mencicipi makanan gudeg dan membawanya pulang sebagai oleh-oleh.

Gudeg adalah makanan khas dari Yogyakarta yang diolah dari nangka muda dengan campuran santan. Olahan gudeg ini membutuhkan waktu berjam-jam untuk memasaknya. Gudeg memiliki ciri khas berwarna cokelat, warna ini dihasilkan dari daun jati yang dimasak dengan bersamaan.

Gudeg biasanya dimakan dengan menggunakan nasi dan disajikan dengan kuah santan atau areh, ayam kampung, telur, tahu, tempe dan krecek. Namun, jeroan areh, ceker, dan lain-lain dapat menjadi pelengkap.

Yogyakarta memiliki tiga jenis gudeg. Pertama, gudeg kering yang disajikan dengan areh yang kental. Kedua, gudeg basah, disajikan dengan areh yang sedikit cair.

Ketiga, gudeg manggar yang dimasak dengan putik bunga kelapa. Sayangnya gudeg manggar ini susah ditemukan karena langka dan jarang sekali orang membuatnya.

Gudeg memiliki sejarah yang panjang, bahkan makanan ini ada sebelum Kesultanan Yogyakarta dan Kesunanan Surakarta berdiri.

Hidangan gudeg tidak hanya diolah dengan menggunakan nagka muda tetapi juga ada yang diolah dari rebung. Namun, yang sering dikonsumsi dan dijual adalah gudeg yang terbuat dari nangka muda.

Gudeg

 

Macam Sejarah Gudeg

Sejarah gudeg ini sebenarnya belum pasti dan banyak ragamnya. Ada sejarah yang mengatakan bahwa gudeg sudah ada sejak kepemimpinan Panembahan Senopati, raja pertama Mataram Islam.

Pada saat itu Panembahan Senopati, Ki Ageng Pemanahan dan tokoh-tokoh lainnya, perlu membuka alas mentaok untuk mandirikan istana. Para pekerja dan prajurit pun membabat hutan tersebut, yang kelak dikenal dengan nama Yogyakarta. Ternyata di dalam hutan ini terdapat banyak pohon nangka dan  pohon kelapa.

 

Baca juga: https: Apa sih Keunggulan Peci Batik Jogokariyan?

 

Versi  lainnya menceritakan gudeg sudah ada sejak kepemimpinan Sultan Agung Hanyokrokusumo, cucu Panembahan Senopati. Gudeg menjadi makanan para prajurit yang yang menyerang VOC di Batavia.

Namun sejarah tersebut masih diragukan karena pada saat itu hanya terdapat gudeg basah dan jenis ini tidak bisa bertahan lama. Sedangkan penyerangan ke Batavia membutuhkan waktu yang lama dan jarak tempuh yang sangat jauh.

Sejarah lainnya mengatakan gudeg dikenal pada tahun 1819. Menurut Serat Centhini, gudeg adalah makanan rakyat di Jawa Tengah dan Yogyakarta pada saat itu.

Nama gedug diperoleh dari cara pengolahannya, yaitu diaduk-aduk atau dalam bahasa Jawa kita kenal dengan di-udek. Pengolahannya diaduk berulang-ulang dengan waktu yang lama dan di atas kayu besar agar tidak gosong.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa gudeg ini adalah makanan rakyat pada saat itu. Hal ini dikarenakan bahannya yang mudah ditemukan di halaman rumah mereka.

 

Inovasi Gudeg

Pada mulanya gudeg yang dikenal itu adalah gudeg basah atau nyemek. Namun gudeg basah ini mempunyai kekurangan yaitu tidak bisa bertahan lama dan tidak bisa dibawa perjalanan jauh.

Akhirnya muncul inovasi untuk membuat gudeg kering, salah satu jenis yang dapat bertahan lama. Pengolahannya pun juga lama, dimasak hingga kuahnya kering, warnanya juga lebih cokelat serta rasanya juga lebih manis.

Olahan ini dapat bertahan hingga 24 jam, bahkan lebih jika dimasukkan ke lemari es.

Zaman semakin canggih, gudeg pun juga mempunyai inovasi baru yaitu gudeg kaleng.

Olahan gudeg tidak hanya dikenal di Yogyakarta tapi juga di Surakarta atau Solo yang memiliki ciri khasnya sendiri. Gudeg sekarang tidak hanya dijual di lesehan atau kaki lima tetapi juga bisa ditemukan di restoran dan hotel.

Gudeg menjadi makanan yang dirindukan bagi sebagian pecinta kuliner. Bahkan orang yang pernah tinggal di Yogyakarta sangat merindukan gudeg.

Itu dia sejarah singkat gudeg, walaupun memiliki banyak versi sejarah.

Selain gudeg, produk-produk dari pecibatik juga dapat digunakan sebagai oleh-oleh jika berkunjung ke Yogyakarta. Semoga bermanfaat!

Kenapa Alun-alun Selatan dan Alun-alun Utara Harus berbeda Tempat

Kenapa Alun-alun Selatan dan Alun-alun Utara Harus berbeda Tempat

Pada masa Kerajaan Majapahit, alun-alun pusat dapat disebut dengan sebuah ruang publik. Bentuk dari ruang tersebut berupa halaman atau pendopo dalam lingkup istana atau kerajaan.

Kebaradaan alun-alun juga tidak terlepas pada makna dan filosofi yang terkandung di dalamnya. Terutama alun-alun yang terdapat di Keraton Yogyakarta yang tidak terpisah dari Pangeran Mangkubumi.

Pada saat itu sebagai pendiri Kesultanan Yogyakarta, Pangeran Mangkubumi memang mahir dalam ilmu filsafat maupun arsiktektur. Berkat kemahiran Beliau lah, Kesultanan Yogyakarta diwarnai dengan struktur dan simbol-simbol yang penuh makna.

Pada awalnya alun-alun merupakan tempat penyelenggaran. Sedangkan pada zaman kerajaan, alun-alun mempunyai fungsi sebagai tempat latihan para prajurit kerajaan.

Selain itu, juga menjadi tempat di mana raja mengumumkan titah atau sayembara kepada rakyatnya. Titah atau sayembara kegiatan-kegiatan lainnya yang dilakukan oleh kerajaan.

Bangunan-bangunan yang berdiri di dalam Keraton Yogyakarta memiliki sebuah rangkaian polar. Rangkaian tersebut berlandaskan filosofi. Begitu pula dengan garis imajiner yang membentang lurus antara Tugu Golong Gilig dan Panggung Krapyak serta Alun-alun Selatan dan Alun-alun Utara.

Alun-alun Selatan

Tata letak Alun-alun Selatan Keraton Yogyakarta, dikenal dengan nama Alun-alun Pangeran, masih berada di dalam lungkup Benteng Keaton. Alun-alun selatan juga mempunyai beberapa fungsi, salah satunya dijadikan sebagai tempat pemeriksaan pasukan menjelang upacara Garabeg.

Alun-alun Selatan memiliki ukaran 150 x 150 meter persegi dan dikelilingi pagar setinggi dua meter. Terdapat lima jalan yang digunakan untuk jalan masuk dan jalan keluar. Kelima jalan tersebut adalah Jalan Langenasran Kidul, Jalan Langenastran Lor, Jalan Patehan Lor, Jalan Gading dan Jalan Ngadisurian.

Dalam alun-alun selatan juga terdapat suatu kegiatan yang dinamakan masangin. Kegiatan ini berupa masuk di antara pohon beringin, di mana pengunjung yang berjalan melewati kedua pohoh beringin itu harus menggunakan penutup mata.

Alun-alun Selatan ini ditandai dengan dua buah pohon beringin. Pohon ini juga disebut sebagai supiturang yang dikelilingi oleh pagar atau yang dikenal sebagai Ringin Kurung. Di antara pagar yang mengelilingi dua buah pohong beringin ini juga diberikan ornamen-ornamen indah berupa bulatan dan buntuk busur.

 

altar

 

Pada bagian pinggirnya terdapat pohon manga dan pohon klinik, yang dapat diartikan sebagai lambang kedewasaan dan keberanian. Sedangkan pada permukaan alun-alun ditutup dengan hamparan pasir yang berlambang bahwa indra kita masih labil. Mudah berubah laksana pasir sehingga dikatakan inilah manusia yang terjadi pada saat memasuki masa-masa akil baligh atau kedewasaan.

Alun-alun Utara

Sementara Alun-alun Utara yang memiliki luas antara 300 meter persegi. Pada bagian tengah Alun-alun Utara mempunyai dua pohon beringin kurung bernama Kyai Dewadaru dan Kyai Jana Daru yang dikenal dengan nama Kyai Wijaya Daru.

Menurut sejarah dalam Serat Saloka Patra, benih Kyai Jana Daru berasal dari Keraton Pajajaran sementara Kyai Dewadaru benihnya dari Keraton Majapahit. Secara keselurahan, makna daripada alun-alun beserta kedua pohon beringin di tengahnya menggambarkan konsep Manunggaling Kuwolo Gusti yang berarti bersatunya raja dengan rakyatnya dan bertemunya manusia dengan Tuhan.

Hal menarik di Alun-alun Utara lainnya adalah terdapat 62 pohon beringin yang mengelilinginya. Jumlah tersebut menggambarkan usia nabi Muhammad SAW ketika beliau meninggal dalam perhitungan Jawa.

Pada masa lalu, Alun-alun Utara dikelilingi pagar batu bata dan selokan. Air pada selokan dapat digunakan untuk menggenangi alun-alun saat dibutuhkan.

 

Baca Juga: 8 Fakta Unik dan Sejarah Yogyakarta yang Banyak Orang Belum Tahu

 

Selain sebagai tempat berlangsungnya acara Kesultanan Yogyakarta, Alun-alun Utara juga menjadi area jika masyarakat ingin mengadukan persoalan kepada Sultan.

Rakyat yang merasa tidak diperlakukan dengan adil akan berpakaian putih duduk di tengah alun-alun dan terik matahari hingga sultan melihat dan memanggilnya. Praktik mengadukan nasib di bawah sengatan mahatahri ini disebut laku pepe atau tapa pepe.

Alun-alun yang memebentang luas di muka keraton Yogyakarta maupun yang berada di pungkuran bukanlah semata ruang untuk menampung segala aktivitas warga kota seperti yang terlihat saat ini.

Kehadiran alun-alun ini memunuhi berbagai fungsi dan peran keraton sebagai pusat pemerintahan. Ruang terbuka luas ini menjadi elemen kawasan di sekitarnya, baik secara tata ruang maupun secara sosial.

Hari Ibu, Sejarah Perayaan Orang Tersayang

Hari Ibu, Sejarah Perayaan Orang Tersayang

22 Desember, sebuah tanggal khusus untuk merayakan Hari Ibu. Ibu merupakan seseorang yang memiliki peran penting dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan, saking pentingnya ini terdapat satu hari spesial yang memang khusus digunakan untuk merayakan ibu.

Ibu adalah orang sangat berjasa untuk melahirkan generasi-generasi berikutnya. Harapannya, generasi-generasi berikutnya ini dapat memberi masa depan yang lebih baik.

Kata “Ibu” pun menjadi kata untuk tambahan atau sebutan pada bagian-bagian yang penting. Misalnya adalah Ibu Pertiwi, ibu kota, ibu jari dan masih banyak sebutan lainnya.

Sebutan-sebutan di atas pun juga memiliki berbagai makna yang dianggap penting pada bidangnya masing-masing. Contohnya, Ibu Pertiwi yang menggambarkan tanah air Indonesia

hari ibu

Histori Naiknya Hari Ibu menjadi Peringatan Nasional

Jasa yang diberikan oleh ibu pun tak dapat terhitung juga tidak terbatas waktu. Sejak lahir sampai kita memasuki masa dewasa, ibu masih memiliki peran penting dalam setiap perjalanan.

Oleh karenanya, Hari Ibu menjadi salah satu hari yang penting dan masuk dalam peringatan nasional.

Namun, kenapa harus pada tanggal 22 Desember untuk merayakan Hari Ibu? Berikut histori terbentuknya Hari Ibu sebagai peringatan nasional.

 

Kongres Perempuan Pertama 1928 sebagai Dasar Hari Ibu

Pada tanggal 22 Desember tahun 1928, kongres perempuan yang pertama kali diadakan. Kongres Perempuan Indonesia ini diadakan di Yogyakarta.

Seluruh pemimpin organisai perempuan di Indonesia berkumpul untuk bersatu. Mereka bersama-sama berjuang untuk memerdekakan nasib dan hak perempuan secara keseluruhan.

Momentum ini menjadi awal mula perjuangan para kaum perempuan agar mendapatkan hak yang setara.

 

Museum Pergerakan Perempuan Indonesia

Pada tahun 1952, Ibu Sri Mangunsarkoro mengusulkan pembangunan monumen untuk mengenang peristiwa Kongres Perempuan Indonesia yang pertama.

Usulan tersebut diutarakan oleh Ibu Sri dalam Kongres Perempuan Indonesia di Bandung pada tahun 1952. Kemudian gugusan ide ini disambut dengan baik oleh peserta kongres.

Monumen yang direncanakan ini pun bukan berwujud tugu. Namun, berbentuk sebuah gedung dengan harapan dapat berguna untuk aktivitas kaum perempuan selanjutnya.

Para peserta ini kemudian menghadap pada penasehat yang bertanggung jawab atas wilayah Yogyakarta pada saat, Sri Sultan Hamengku Buwono IX.

Akhirnya, mereka memiliki tanah di Jalan Adisucipto dengan luas 1,25 Ha atas saran dari Sri Sultan Hamengku Buwono IX.

Setelah itu, segala persiapan direncanakan dengan matang. Ibu Sukonto, selaku Ketua Kongres I, meletakkan batu pertama di tanah tersebut pada tanggal 22 Desember 1953.

Peletakkan batu pertama tersebut dilakukan bersamaan dengan peringatan Kesatuan Pergerakan Wanita Indonesia yang ke-25.

Pembangunan gedung peringatan ini pun berlangsung secara bertahap, sesuai dengan dana yang dimiliki. Setelah 30 tahun berlangsung, gedung ini siap untuk digunakan.

Peresmian Monumen Pergerakan Wanita Indonesia dilakukan oleh Bapak Seoharto pada tanggal 22 Desember 1983.

Gedung Monumen Kesatuan Pergerakan Perempuan Indonesia

Gedung Wanitatama (sumber: garnesia)

Gedung yang diberi nama Mandhala Bhakti Wanitatama ini terletak di Jalan Laksada Adisucipto Nomor 86–88. Bangunan ini terdiri dari beberapa bagian, di antaranya:

  1. Balai Shinta berupa pendopo joglo.
  2. Balai Srikandi berupa bangunan yang secara khusus digunakan untuk museum.
  3. Balai Kunthi berupa bangunan yang digunakan untuk ruang pertemuan.
  4. Balai Utari sama dengan Balai Kunthi.
  5. Bangunan Wisma Arimbi, lantai atas digunakan untuk penginapan sedangkan lantai bawah diperuntukkan kuliah atau rapat.
  6. Bangunan Wisma Sembodro juga digunakan sebagai tempat penginapan.

Dalam Pendopo Joglo di Balai Shinta terdapat dua relief yang menggambarkan:

  1. Pergerakan Perempuan Indonesia pada masa penjajahan.
  2. Pergerakan Perempuan Indonesia pada masa perang kemerdekaan.
  3. Pergerakan Perempuan Indonesia pada masa Demokrasi Liberal.
  4. Pergerakan Perempuan Indonesia pada masa Demokrasi Terpimpin.
  5. Pergerakan Perempuan Indonesia pada masa Orde Baru.

Artinya, gedung Mandhala Bhakti Wanitatama di Yogyakarta ini mencetak berbagai perjuangan perempuan dari waktu ke waktu. Perjuangan dalam ranah privat maupun publik.

 

22 Desember Resmi menjadi Hari Ibu

Jika dilihat kembali cerita di atas, momentum penting untuk kaum perempuan selalu terjadi pada tanggal 22 Desember. Mulai dari kongres pertama, peletakkan batu pertama hingga peresmian.

Melalui Dekrit Presiden Nomor 316 tahun 1959, Presiden Soekarno menetapkan tanggal 22 Desember sebagai Hari Ibu Nasional.

Ketetapan tersebut juga menjadi salah satu perayaan pada peringatan kongres yang ke-25.

 

Baca Juga: 8 Fakta Unik dan Sejarah Yogyakarta yang Banyak Orang Belum Tahu

 

Perjuangan Perempuan Indonesia

Perjuangan utama yang ingin diraih oleh para perempuan ini adalah kesetaraan hak untuk setiap gender.

Pada zaman dulu, derajat perempuan selalu dianggap lebih rendah daripada kaum laki-laki. Bahkan hak untuk memperoleh pendidikan pun sulit untuk didapatkan.

Sebagian besar prioritas pendidikan hanya diserahkan kepada kaum laki-laki. Perempuan dianggap tidak memerlukan pendidikan dan hanya bertugas untuk dapur, kasur, sumur.

Belum banyak perempuan yang mampu tampil di ruang publik. Kesenjangan peran di ruang publik ini lah yang menjadi konsen utama diadakannya kongres perempuan.

Tidak hanya laki-laki yang bisa atau diperbolehkan untuk melakukan pembangunan negara. Kaum perempuan pun juga memiliki hak untuk terlibat dalam pengambil keputusan.

Kini banyak organisasi masyarakat sipil yang menampung isu partisipasi perempuan di kancah publik. Di mana mereka berusaha mengusahakan agar perempuan mampu bersaing di public sphere.

Jadi bagi kaum perempuan yang memiliki keinginan besar untuk tampil di ruang publik tetapi tidak mengerti bagaimana caranya, dapat mengikuti organisasi-organisasi tersebut.

Hari Ibu memiliki histori dan peranan penting dalam membangun perjuangan perempuan. Momen ini adalah tonggak sejarah bagi kaum perempuan.

Walau masih membutuhkan peningkatan, perempuan pada saat ini memiliki hak-hak yang lebih daripada perempuan pada zaman dahulu.

Hal tersebut berkat perjuangan para perempuan pada masa-masanya. Jadi tugas perempuan pada masa kini harus menjaga perjungan-perjuangan tersebut juga melanjutkan apa saja yang belum diraih.

Mari rayakan hari spesial ini dengan perempuan-perempuan tersayang kita dan berikanlah rasa syukur kepada mereka.

Namun, jangan lupa untuk selalu cek produk-produk dari pecibatik. Tampilan trendi dan beda dari yang lain.

Mengenal Sejarah Tugu Yogyakarta, dari Tugu Golong Gilig Hingga Pal Putih

Mengenal Sejarah Tugu Yogyakarta, dari Tugu Golong Gilig Hingga Pal Putih

Hampir semua kota di dunia memiliki bangunan yang menjadi simbol atau ikon kota, salah satunya Yogyakarta yang memiliki Tugu Pal Putih. Tugu ini menjadi objek latar foto bagi anak muda sambil menunjukkan bahwa mereka sudah tiba di Yogyakarta. Walaupun berdiri sebagai ikon kota, tidak banyak generasi sekarang yang paham makna filosofi dan sejarah Tugu Pal Putih.

Tugu ini dibangun kurang lebih semasa awal pendirian istana Kraton sekitar tahun 1755 hingga 1756. Tugu selesai dibangun sekitar tahun 1760. Pembangunan tugu ini merupakan inisiatif dari Sultan Hamengkubuwono I karena beliau seorang perancang dan ahli taktis militer pertahanan dan sekaligus mempunyai pandangan filsafat yang cukup tinggi.

Posisi Tugu terletak di pusat tengah kota Yogyakarta, tepatnya di tengah perempatan yang mempertemukan Jalan Mangkubumi, Jendral Soedirman, Jalan AM Sangaji, dan Jalan Pangeran Diponegoro. Tugu merupakan filosofi kepemimpinan Jawa yang di monumenkan oleh Kraton Yogyakarta.

Tugu Pal Putih berdiri dibentangan garis imajiner yang membujur dari selatan ke utara. Sultan Hamengkubuwono I waktu mendirikan Kraton Yogyakarta Hadiningrat sekaligus menyusun tata ruang Kraton termasuk mengenai arah dan kiblat dari Kraton. Garis imajiner yang memiliki makna filosofis ini bisa ditarik mulai dari pantai Parangkusumo, Panggung Krapyak, Kraton Yogyakarta, Tugu Pal Putih, dan berakhir di Gunung Merapi.

Garis Imajiner

Garis ini memiliki makna perwujudan dari simbolisasi hubungan erat raja dengan rakyatnya dan antara Tuhan dengan hamba-Nya yang dikenal dengan “Manunggaling Kawulo Gusti”. Manunggaling Kawulo Gusti inilah yang membuat Sultan harus mendekatkan tahtanya kepada rakyat karena sultan tetaplah manusia biasa yang diberikan amanah untuk memakmurkan rakyatnya.

Dalam memerintah, sultan yang bertahta harus berpatokan kepada hukum Tuhan. Hukum Tuhanan yang berlaku di Kesultanan Yogyakarta berpedoman pada agama Islam sebagai agama Negara.

Tidak banyak yang tahu jika Tugu Pal Putih yang sekarang merupakan bangunan tugu yang kedua sebelum dibangun ulang oleh pemerintah Hindia Belanda. Bangunan tugu pertama bernama Tugu Golong Gilig.

Tugu Golong Gilig menjulang lebih tinggi daripada Tugu pal putih. Konon, tingginya mencapai 25 meter. Ini lebih tinggi 10 meter dibandingkan Tugu Pal Putih yang setinggi 15 meter. Namun pada masa pemerintahan Sultan Hamengkubuwono VI, terjadi gempa dahsyat yang mengguncang Yogyakarta hingga mampu merobohkan Tugu Golong Gilig.

Tugu Yogyakarta

Selain meruntuhkan Tugu Golong Gilig, gempa yang terjadi pada 10 Juni 1867 juga merobohkan beberapa bangunan penting seperti Gedung Agung dan Benteng Vredeburg. Gempa juga menewaskan kurang lebih lima warga Yogyakarta serta meluluhlantakkan 327 bangunan sipil di Yogyakarta.

Reruntuhan Tugu Golong Gilig sempat terbengkalai selama 22 tahun karena ketiadaan dana Kraton Yogyakarta untuk membangun kembali. Hingga pada pemerintahan Sultan Hamengkubuwono VII, tugu kembali dibangun oleh pemerintah Hindia Belanda.

Baca juga: Asal-usul Candi Prambanan

Filosofi Manunggaling Kawulo Gusti yang menjadi kekuatan utama Kraton Yogyakarta dilenyapkan oleh Belanda. Tugu baru di bangun dengan desain arsiktektur yang berbeda dari Tugu Golong Gilig. Filosofi Manunggaling Kuwolo Gusti seolah ditutup-tutupi oleh pemerintah Hindia Belanda untuk memecah belah antara raja dengan rakyatnya.

Penghancuran makna filosofi ini penting bagi Belanda yang memang igin memecah belah kesatuan raja dan rakyat. Kesatuan raja dan rakyat dikhawatirkan mampu melawan kekuasaan Belanda. Bangunan tugu selesai dibangun pada tangal 3 Oktober 1889. Tugu baru inilah yang kemudian dikenal dengan nama De Witte Pal atau Tugu Pal Putih.

Empat sisi bagian tugu memiliki masing-masing makna yaitu panel sisi barat menyematkan nama pembuat tugu yaitu Sri Sultan Hamengkubuwono VII, sisi timur artinya menyambut baik kehendak Ngarso Dalem Sultan, sisi utara menyiratkan pembangunan tugu merupakan inisiatif patih praja kelima, dan sisi selatan tertulis kesejahteraan milik pimpinan negara.

Tulisan yang ada di sisi selatan inilah yang secara tidak langsung menjauhkan arti kepemimpinan raja yang menyatukan dengan rakyat. Bersamaan dibangunnya Tugu Pal Putih oleh Belanda, Sultan Hamengkubuwono VII juga membangun tugu di titik nol kilometer Malioboro. Pembangunan ini adalah upaya Kraton untuk mempertahankan keberadaan dan makna Tugu Golong Gilig yang sudah diganti dengan Tugu Pal Putih.

Tugu yang dibangun serupa dengan Tugu Golong Gilig ini pun dimanipulasi Belanda untuk mengaburkan makna Golong Gilig. Tugu ini tidak bertahan lama karena hilang begitu saja seiring pergantian tahta kesultanan Yogyakarta.

Namun, filosofi Manunggaling Kawulo Gusti yang berada dalam Tugu Golong Gilig sampai hari ini tetap mendarah daging di antara warga Yogyakarta. Hal ini terbukti dengan disahkannya keistimewaan Yogyakarta dengan mengangkat langsung oleh Sultan Yogyakarta sebagai pemimpin daerah atas desakkan rakyat Yogyakarta sendiri.

Ternyata, tugu yang selama ini kita ketahui adalah tugu bangunan yang kedua setelah hancurnya Tugu Golong Gilig. Semoga artikel ini menambah wawasan kalian tentang sejarah Indonesia, khususnya Yogyakarta.

8 Fakta Unik dan Sejarah Yogyakarta yang Banyak Orang Belum Tahu

8 Fakta Unik dan Sejarah Yogyakarta yang Banyak Orang Belum Tahu

Daerah Istimewa Yogyakarta atau disebut dengan DIY adalah sebuah daerah istimewa yang mempunyai tingkatan provinsi di Indonesia yang merupakan wilayah Kesultanan Yogyakarta dan Kadipaten Pakualaman. Yogyakarta terletak di bagian selatan pulau Jawa dan berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah dan Samudera Hindia.

Yogyakarta yang memiliki luas 3185,8 kilometer persegi ini terdiri dari atas satu kota dan empat kabupaten yaitu Kabupaten Sleman, Kabupaten Bantul, Kabupaten Gunung Kidul dan Kabupaten Kulon Progo yang terbagi menjadi 78 kapanewon atau wilayah setingkat kecamatan serta 440 Kelurahan.

Populasinya berjumlah sekitar 3.881.7208 dan ibukotanya di Kota Yogyakarta. Nama Yogyakarta sendiri diambil dari dua kata yaitu “Ayogya” atau “Ayodya” yang mempunyai arti kedamaian atau tanpa perang dan “karta” yang berarti baik.

Walaupun secara geografis merupakan daerah setingkat dengan provinsi yang mempunyai gelar provinsi terkecil kedua setelah DKI Jakarta, Yogyakarta terkenal hingga internasional sebagai tempat wisata andalan setelah Bali. Banyak warga Indonesia menganggap Yogyakarta sebagai kota yang sangat spesial, bahkan mereka mengklaim sebagai kota kenangan.

Sebelum Indonesia merdeka, Yogyakarta merupakan daerah yang mempunyai pemerintahan sendiri atau biasa disebut dengan daerah swapraja yaitu Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan Kadipaten Pakualaman.

Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat didirikan oleh Pangeran Mangkubumi yang mempunyai gelar Sultan Hamengkubuwono I pada tahun 1755. Sementara itu, Kadipaten Pakualaman didirikan pada tahun 1813 oleh pangeran Notokusumo yang mempunyai gelar Adipati Paku Alam 1, saudara dari Sultan Hamengkubuwono 2.

Namun setelah Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, Sultan Hamengkubuwono IX dan Sri Paku alam VIII mengirim surat kepada presiden Ir Soekarno untuk bergabung menjadi bagian dari wilayah Republik Indonesia sebagai daerah istimewa. Setelah itu, wilayah Yogyakarta diresmikan menjadi Daerah Istimewa Yogyakarta. 

Itu sedikit pengenalan Daerah Istimewa Yogyakarta.

Fakta Unik Daerah Istimewa Yogyakarta

Berikutnya, yuk simak fakta unik Daerah Istimewa Yogyakarta berikut ini.

 

1. Ibukota Negara Republik Indonesia

Dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia, Yogyakarta mempunyai peran yang sangat penting. Terbukti pada tanggal 4 Januari 1946, Yogyakarta pernah menjadi Ibukota Negara Indonesia. Namun setelah Jakarta kembali kondusif, peran ibukota dipindahkan kembali ke Jakarta pada tanggal 17 Agustus 1950 bersamaan dengan perayaan kemerdekaan Indonesia.

 

2. Kota Pelajar

Yogyakarta dikenal sebagai sebutan kota pelajar karena banyak pelajar yang melanjutkan pendidikannya di sini. Yogyakarta mempunyai banyak universitas yang jumlahnya mencapai 137 perguruan tinggi 20 persen total penduduk di Yogyakarta merupakan mahasiswa dari luar daerah.

 

3. Kuliner Lezat Khas Yogyakarta

Yogyakarta merupakan kota budaya yang maka dipenuhi juga dengan makanan tradisional yang lezat. Masing-masing daerah di Yogyakarta memiliki makanan khasnya sendiri. Makanan atau jajanan khas Yogyakarta sangat terkenal dan banyak juga dijual di luar Yogyakarta seperti Bakpia pathok, Gudeg, Sate Klatak, Tengkleng gajah, belalang goreng, dll.

 

4. Candi Borobudur bukan di Yogyakarta

Banyak orang-orang mengira bahwa Candi Borobudur yang tersohor tersebut berada di Yogyakarta. Namun ternyata, Candi Buddha tersebut terletak di Borobudur Magelang, Jawa Tengah.

Baca juga : Keunggulan Peci Batik Jogokariyan

 

5. Alun-Alun Kidul Yogyakarta

Di Alun-Alun Kidul Kraton Yogyakarta terdapat dua pohon beringin unik. Menurut mitos, jika seseorang bisa jalan melewati di tengah-tengah antara dua pohon beringin dengan mata tertutup maka keinginannya akan terkabul.

 

6. Letak Candi Prambanan yang unik

Candi Prambanan merupakan kompleks candi Hindu termegah di Indonesia yang dibangun pada abad ke-9 Masehi. Candi ini dipersembahkan untuk tiga dewa utama agama Hindu yaitu Brahma sebagai Dewa Pencipta, Wisnu sebagai Dewa Pemelihara dan Siwa sebagai Dewa Pemusnah. 

Namun tahukah kamu letak Candi Prambanan ini sangat unik? Prambanan terletak di wilayah administrasi Desa Bokoharjo Prambanan Sleman Yogyakarta dan sedangkan pintu masuk kompleks Candi Prambanan terletak di Desa Tlogo Prambanan Klaten provinsi Jawa Tengah.

 

7. Satu-satunya daerah yang menggunakan sistem kerajaan di Indonesia

Yogyakarta merupakan satu-satunya daerah yang masih melestarikan sistem pemerintahan monarki atau kerajaan. Warga Yogyakarta tidak memilih gubernurnya karena diangkat dari keturunan keluarga kerajaaan. Orang yang memerintah dinamakan sultan dan keluarga kerajaan tinggal di istana yang biasa disebut dengan Kraton.

 

8. Garis imajiner Yogyakarta

Merupakan sebuah garis tegak imajiner atau khayal di Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Garis ini memanjang dari utara ke selatan yang menghubungkan Gunung Merapi di utara dengan pantai Parangkusumo ataupun pantai Parangtritis di selatan yang melewati Kraton Yogyakarta. Garis ini memiliki filosofi yang sangat tinggi di kesultanan dan menjadi salah satu acuan tata kota dari wilayah yang dilewatinya.

 Itulah fakta unik dan sejarah dari Daerah Istimewa Yogyakarta. Bagaimana? Apakah pengetahuanmu bertambah setelah membaca artikel ini? Semoga bermanfaat.

Asal usul Candi Prambanan Dan Dongeng Bandung Bondowoso

Asal usul Candi Prambanan Dan Dongeng Bandung Bondowoso

Benarkah Candi Prambanan dibangun dalam satu malam? Berikut ini penjelasannya menurut dongeng rakyat. Konon, asal usul Candi Prambanan dibangun oleh bangsa jin di bawah perintah Bandung Bondowoso dalam satu malam untuk melamar Roro Jonggrang. Namun, benarkah Candi Prambanan dibangun dalam satu malam?

Candi Prambanan atau Candi Roro Jonggrang merupakan kompleks percandian agama Hindu terbesar di Indonesia. Berdasarkan cerita rakyat yang beredar, Candi Prambanan dibangun oleh bangsa jin atas perintah Bandung Bondowoso untuk memenuhi permintaan Roro Jonggrang.

Menurut cerita, Roro Jonggrang memberikan persyaratan kepada Bandung Bondowoso untuk dibangunkan seribu candi dalam satu malam. Sayang, pembangunan tersebut gagal karena siasat cerdik dari Roro Jonggrang. Mengetahui hal itu, Roro Jonggrang kemudian dikutuk oleh Bandung Bondowoso yang murka menjadi sebuah arca batu untuk melengkapi batu yang keseribu.

Seperti cerita rakyat pada umumnya, asal usul Candi Prambanan dibangun terdapat dalam Prasasti Siwagrha. Candi Prambanan mulai dibangun oleh Rakai Pikatan sekitar tahun 850 Masehi. Candi ini didirikan sebagai tandingan atas kompleks candi-candi Buddha yaitu Candi Borobudur dan Candi Sewu. Pembangunan candi ini menunjukkan kembalinya wangsa Sanjaya atas Jawa.

 

Lalu, Bagaimana Asal Usul Candi Prambanan Menurut Sejarah?

Candi Prambanan adalah kompleks wilayah candi agama Hindu terbesar di Indonesia yang belokasi di daerah Klaten, Jawa Tengah. Candi Prambanan pertama kali dibangun pada tahun 850 Masehi oleh Rakai Pikatan yaitu seorang raja dari kerajaan Medang Kamulan.

Pada awalnya, pembangunan Candi Prambanan bertujuan untuk memuliakan Dewa Siwa tapi seiring berjalannya waktu, pikiran Rakai Pikatan mulai berubah. Rakai Pikatan ingin membangun Candi Prambanan menjadi lebih megah agar bisa menandingi Candi Borobudur dan Candi Sewu yang letaknya tidak jauh dari Candi Prambanan.

Setelah Rakai Pikatan meninggal, pembangunan Candi Prambanan dilanjutkan oleh penerusnya, yaitu Raja Lokapala dan seterusnya oleh Sri Maharaja. Saat ditengah pembangunan, rakyat menemukan beberapa kendala salah satunya terlalu dekat dengan sungai. Lalu, sungai tersebut ditimbun dengan menggantikan aliran sungai Opak yang sebelumnya mengalir di dekat candi jadi menjauhi candi.

Bekas timbunan sungai dijadikannya sebagai bahan lahan untuk mambangun candi perwira atau candi pengawal. Setelah selesai dibangun, Candi Prambanan dijadikan sebagai tempat upacara keagamaan. 

Sayangnya, kejayaan Candi Prambanan tidak berlangsung lama karena pada tahun 930 Masehi Raja Medang Kamulan memindahkan pusat pemerintahannya ke Jawa Timur.

Gunung Merapi

Hal ini dilakukan untuk menghindari letusan Gunung Merapi. Sejak perpindahan tersebut, Candi Prambanan tidak terurus bahkan keadaannya semakin memprihatinkan. Sebuah gempa terjadi pada abad ke 16 yang menyebabkan banyak candi yang rusak.

Penduduk setempat mengetahui keberadaan Candi Prambanan, namun mereka sama sekali tidak tahu menahu tentang latar belakang sejarah sebenarnya, tentang siapa raja yang membangun, dan kerajaan mana yang membangun bangunan megah ini.

Ketika Britania Raya menguasai Jawa, CA Lons yang berkebangsaan Belanda pada tahun 1733 menghebohkan dunia karena mengaku menemukan reruntuhan Candi Prambanan. Penggalian pemugaran ini dilakukan sejak saat itu, jauh sebelum Indonesia merdeka. Setelah merdeka, proses pemugaran terus dilanjutkan hingga selesai pada tahun 1953 meskipun masih banyak candi yang belum berhasil dipugar.

Proses pemugaran memakan waktu 200 tahun dan belum sepenuhnya selesai hingga kini. Hal ini dikarenakan Candi Prambanan sangat besar dan megah. Saat ditemukan, kondisinya berupa reruntuhan batu yang menggunung.

Baca juga: Begini Lho, Asal-Usul di Balik Nama Malioboro 

Candi Prambanan ditetapkan sebagai situs warisan budaya UNESCO pada tahun 1991. Selain itu, Candi Prambanan dinobatkan sebagai candi yang terindah se-Asia Tenggara. Arsitektur Candi Prambanan ramping mirip dengan percandian Hindu lainnya. Candi utama adalah Candi Siwa yang menjulang setinggi 47 meter di tengah kompleks gugusan candi lainnya yang lebih kecil.

Itulah sedikit sejarah asal usul Candi Prambanan yang merupakan salah satu candi termegah dan terindah di Asia Tenggara. Candi Prambanan menjadi salah satu ikon pariwisata Yogyakarta yang mampu menarik kunjungan wisatawan mancanegara dari berbagai penjuru dunia. Semoga informasi ini bermenfaat.